Kamis, 23 Juni 2011

" Dakwah Di Rumah Sakit "


” Dakwah Di Rumah Sakit ”
Dakwah identik dengan ceramah, hal ini bukanlah hal yang baru bagi kita karena ceramah memang telah menjadi image di kalangan masyarakat. Di mana kegiatan dakwah itu sendiri tidak terlepas dari orientasi kita terhadap publik. Dakwah sangat penting untuk disosialisasikan di kalangan masyarakat melalui aktivitas-aktivitas dakwah yang lebih luas ruang lingkupnya. Dalam al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa kita sebagai umat Islam dituntut untuk melakukan kewajiban berdakwah. Dakwah tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga, tempat-tempat ibadah, sekolah maupun tempat-tempat lain. Akan tetapi dakwah juga dapat dilakukan di dalam lingkungan rumah sakit.
Bimbingan kepada pasien merupakan salah satu bentuk aktivitas dakwah. Dalam memberikan bimbingan rohani kepada pasien di rumah sakit maka perlu adanya tenaga-tenaga ahli di dalamnya seperti perawat rohani. Namun pada kenyataan yang ada seorang perawat rohani tidak memiliki eksistensi yang jelas dalam pengaktualisasiannya. Banyak rumah sakit yang mengabaikan peran perawat rohani dan hanya mengandalkan tenaga medis dalam menyembuhkan pasiennya. Nyatanya orang yang sakit tidak hanya membutuhkan pengobatan secara fisik saja akan tetapi pengobatan secara spiritualpun diperlukan oleh mereka. Di sinilah pentingnya kita mengkaji masalah tentang bimbingan rohani terhadap pasien di rumah sakit. 

A.  Urgensi Bimbingan Rohani Pasien di Rumah Sakit
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial pada hakikatnya dituntut untuk bisa saling berinteraksi antara satu sama lain. Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia yang mampu menciptakan hubungan dengan dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial artinya mampu menciptakan hubungan manusia dengan sekitarnya, seprti memberi dorongan kepada manusia untuk mengabdi kepada Sang Pencipta dan masyarakat sekitarnya (Prof.Dr. Bimo Walgito, 2003). Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk melakukan kewajiban berdakwah terhadap siapa saja, tak terkecuali kepada pasien. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang menjadi landasan dasar dalam berdakwah. Bimbingan rohani pasien merupakan salah satu bagian dari kegiatan dakwah karena merujuk pada landasan dasar dakwah, membimbing pasien juga merupakan kewajiban dakwah seorang muslim. Menurut Quraish Shihab dakwah merupakan kewajiban setiap individu akan tetapi harus ada suatu kelompok khusus yang menangani dakwah tersebut secara profesional (Abdul Basit, 2006). Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam wajib untuk mengembangkan risalah dalam membangun hubungan antar umat seagama maupun umat-umat lainnya. Oleh karena itu, di rumah sakit dibutuhkan seorang pembimbing atau perawat yang profesional. Pasien yang sedang sakit membutuhkan pengobatan fisik, selain itu juga membutuhkan pendekatan-pendekatan secara individual baik dari para dokter, perawat medis maupun perawat rohani.
Di rumah sakit atau klinik kesehatan, jumlah pasien maupun keluarga relatif banyak. Maka dibutuhkan kelompok khusus untuk membimbing mereka agar kegiatan dakwah dapat teralur dengan baik. Sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Namun di samping itu, kesehatanpun menjadi kebutuhan yang sangat mendasar yang tidak dapat dinafikkan lagi. Kesehatan merupakan suatu keadaan yang sangat diharapkan oleh manusia, baik sehat secara fisik, jiwa maupun sosial. Dalam konstitusi WHO dinyatakan bahwa standar kesehatan merupakan salah satu hak asasi yang mendasar bagi setiap manusia tanpa membedakan ras, agama, keyakinan politik, ekonomi maupun kondisi sosial. Mengingat sehat merupakan kebutuhan dasar manusia, maka ketika manusia sakit, ia tentu berhak memperoleh pelayanan yang terbaik dalam proses pengobatan.
Di rumah sakit ataupun klinik kesehatan pada umumnya pasien hanya mendapatkan pengobatan secara fisik saja. Nyatanya sakit fisik dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang tersebut. Ibn Sina mengatakan berdasarkan pengalaman medisnya bahwa sebenarnya secara fisik orang yang sakit akan sembuh hanya dengan kemauan yang ada pada dirinya. Dan sebaliknya jika orang yang sehat dapat benar-benar sakit karena dipengaruhi oleh pikirannya sendiri bahwa dia sakit. Oleh karena itu, ketika seseorang sedang sakit secara fisik, pada dasarnya ia membutuhkan motivasi, bimbingan dan sugesti secara mental. Salah satunya melalui pendekatan agama seperti apa yang dilakukan oleh Carl Gustav Jung dari Swiss yang menunjukkan bukti bahwa pasiennya yang berusia 35 tahun ke atas dapat disembuhkan melalui keimanan yang ia anut. Secara psikologis seseorang yang sedang sakit mengalami goncangan jiwa yang disebabkan oleh beberapa faktor. Dari sinilah pentingnya dukungan, bimbingan, motivasi dan sugesti dari para perawat rohani. 

B.  Eksistensi dan Problematika Bimbingan Rohani Pasien di Rumah Sakit 
Bimbingan rohani bagi pasien merupakan salah satu kegiatan dakwah fardiyah, artinya dakwah yang dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Perlu kita ketahui bersama bahwa fakultas dakwah lahir pada tahun 1995 dan Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan salah satu dari jurusan/prodi yang mengkaji tentang ilmu dakwah dengan menggunakan pendekatan dakwah fardiyah. Sejak tahun 1985-1995 masalah kesehatan ini semakin berkembang guna mengembangkan model bimbingan rohani bagi pasien. Dan pada akhirnya terbentuklah tenaga-tenaga perawat rohani di rumah sakit.
Kegiatan tersebut patut direspon secara positif dan perlu disosialisasikan ke berbagai wilayah. Karena masih banyak rumah sakit yang belum memiliki tenaga perawat rohani secara khusus. Adapun perawat rohani di rumah sakit namun keberadaannyapun bukan sebagai perawat rohani secara khusus akan tetapi dirangkap oleh dokter, karyawan maupun perawat medis. Sehingga mengakibatkan perawatan yang dilakukan terhadap pasien tidak maksimal. Fokus kegiatannyapun semakin meluas sehingga bimbingan terhadap pasienpun menjadi sangat terbatas. Dan alangkah baiknya kemampuan maupun keprofesionalisasiannya dapat dipertimbangkan.
Di samping eksistensi perawat rohani yang belum menunjukkan kejelasan, terdapat persoalan lain yang juga berkaitan dengan masalah bimbingan rohani bagi pasien ini. Pertama, kurangnya respon manejemen rumah sakit dan masyarakat yang belum kondusif. Para ahli dan dokter mengakui tentang pentingnya pengobatan melalui pendekatan spiritual. Namun sayangnya perawat rohani belum mendapat respon yang menggembirakan dalam pengaplikasiannya. Ini disebabkan karena sebagian rumah sakit masih beranggapan bahwa pasien hanya dapat disembuhkan dengan tenaga medis saja sehingga tidak membutuhkan perawat rohani. Dan dalam penempatannyapun kurang efektif. Sementara masyarakat belum mengenal dan memahami fungsi dari perawat rohani di rumah sakit. Karena pada umumnya masyarakat hanya mengenal dokter dan tenaga medis saja.
Kedua, mengenai metode yang dilakukan dalam bimbingan rohani bagi pasien di rumah sakit. Metode disesuaikan dengan situasi dan kondisi mad’u. pasien membutuhkan sentuhan-sentuhan yang menyangkut aspek psikologi. Baik berupa motivasi, hiburan, sugesti, empati, dukungan dan segala sesuatu yang menyangkut kejiwaannya. Namun pada umumnya pasien masih dianggap objek dakwah yang harus diberi muatan-muatan nilai. Serta dalam proses penyampaiannyapun perawat masih terkesan melakukan indoktrinasi terhadap pasien dengan berceramah yang mana pasien sendiri masih sangat pasif menerima apa yang disampaikan oleh perawat.
Ketiga, penelitian dan karya ilmiah tentang bimbingan rohani pasien yang sangat minim. Dalam melakukan kegiatan dakwah seharusnya diawali dengan penelitian terlebih dahulu agar dapat mempermudah kita dalam mangukur keberhasilan program yang akan kita lakukan. Begitu pula dalam melakukan bimbingan rohani bagi pasien di rumah sakit membutuhkan penelitian tentang perlu tidaknya rumah sakit tersebut memiliki program bimbingan rohani pasien, bagaiman respon pasien terhadap bimbingan rohani ini dan kira-kira peluang apa yang dapat dilakukan oleh umat Islam dengan adanya desentralisasi dalam bidang kesehatan yang belum mendapat respon baik dari para aktivis dakwah. Dan minimnya karya-karya ilmiah yang membicarakan tentang bimbingan rohani bagi pasien di kalangan umat Islam. Hal inilah yang semestinya manjadi perhatian kita bersama agar keberadaan bimbingan rohani pasien di kalangan umat Islam dapat mengalami kemajuan. 

C.  Pengembangan Bimbingan Rohani Pasien di Rumah Sakit
Dengan melihat keadaan yang ada, maka sudah seharusnya kita sebagai umat Islam berusaha dalam upaya mengembangkan bimbingan rohani bagi pasien. PTAI khususnya jurusan dakwah memiliki peran penting dalam mengemban amanat ini dengan mempersiapkan tenaga-tanaga professional dalam bidang perawatan rohani dan mengembangkan landasan-landasan epistemologisnya. Berkaitan dengan penyediaan perawat rohani yang professional dalam jurusan dakwah maka perlu adanya desain kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan da’i dan juga mempersiapkan dosen-dosen yang ahli dalam bidangnya. Dan perlunya penerapan dalam suatu jurusan untuk melakukan kerjasama dengan berbagai instansi baik rumah sakit maupun LSM.
Dengan adanya kerjasama ini diharapkan dapat mendorong dan memacu perkembangan perawatan rohani bagi pasien di rumah sakit. Apabila di rumah sakit telah tersedia perawat rohani yang berasal dari kalangan dokter, tenaga medis ataupun karyawan maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan mereka menjadi tenaga yang professional. Sedangkan jika di suatu rumah sakit belum terdapat tenaga perawat rohani bagi pasien maka perlu diupayakan proses pembentukannya baik dengan cara memberdayakan potensi yang ada di rumah sakit maupun bekerjasama dengan PTAI ataupun LSM yang menyediakan tenaga rohani yang profesional.
 Berkaitan dengan pengembangan bimbingan rohani bagi pasien, perlu juga adanya sosialisasi kegiatan bimbingan rohani ini. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara memberdayakan bimbingan rohani ini seoptimal mungkin. Melalui pemberdayaan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas kepada masyarakat tentang pelayanan kesehatan dan aktivitas dakwah pada umumnya. Selain itu sosialisasi juga dapat dilakukan dengan cara memperbanyak karya atau tulisan-tulisan baik melalui media cetak, ceramah-ceramah, film dan lain-lain yang menyangkut tentang bimbingan rohani bagi pasien. Dan semua itu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik Perguruan Tinggi, LSM, rumah sakit, dinas kesehatan, masyarakat dan lain sebagainya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar